Kelompok Kerja Teater Tesa Fakultas Ilmu Budaya UNS mementaskan Pelacur dan Sang Presiden karya Ratna Sarumpaet di Sanggar Teater Tesa, Kamis-Jumat (5-6/09/2019). Tujuan Pementasan ini adalah untuk promosi guna menarik anggota baru bagi Kelompok Kerja Teater Tesa dari mahasiswa angkatan 2019.
Kegiatan ini rutin dilakukan oleh UKM TESA tiap tahun. Pementasan dilakukan selama dua hari dengan judul yang sama, dihadiri kurang lebih 300-an pengunjung dari para mahasiswa angkatan 2019, pimpinan FIB dan pecinta teater di Soloraya.
Teater dimulai pada pukul 20.00 WIB dan berakhir pada pukul 21.00 WIB. Pelacur dan Sang Presiden merupakan naskah yang ditulis Ratna Sarumpaet pada tahun 2004, untuk mengkritik kegiatan perdagangan manusia (Human Trafficking) yang marak terjadi di Indonesia hingga saat ini. Dijerat setan ekonomi, perempuan-perempuan polos tersebut akhirnya diperjualbelikan, mereka diiming-imingi akan mendapat uang yang banyak dengan cara cepat demi penghidupan yang layak. Judul tersebut pulalah yang menjadikan dua tokoh itu sebagai simbol dari dua kelas sosial yang berbeda, antara kelas bawah dan kelas atas, yakni kaum kelas bawah yang tertindas, termarginalkan, dan tidak mendapatkan sistem hukum yang adil.
Teater TESA diketuai oleh Kusuma Pamungkas Hasan Surya dan sebagai Pembina adalah Albertus Prasojo, dosen Sastra Indonesia.
Pelacur dan Sang Presiden ini mengisahkan tentang Jamila seorang perempuan korban perdagangan manusia yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Kisahnya dimulai saat Jamila bertemu dengan Menteri yang menjadi pelanggannya di sebuah hotel dan kemudian membunuhnya. Setelah itu Jamila menyerahkan diri ke kantor polisi dan akhirnya dipenjara. Dia medapatkan hukuman eksekusi mati, sedangkan di luar penjara organisasi massa menuntut untuk segera mengeksekusi Jamila. Jamila tidak takut dan gentar bahkan menolak grasi dari Presiden, karena menurutnya grasi hanya akan membuat penderitaan dia semakin menjadi-jadi karena ejekan yang diberikan oleh masyarakat. Jamila meminta untuk bertemu dengan Tokoh Agama dan Presiden sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas apa yang menimpa dirinya. Jamila memiliki watak pemberontak dan keras yang ingin memperjuangkan hak kaumnya yang tertindas karena kemiskinan dan ketidakadilan gender. Pementasan di sini lebih mengedepankan perihal perbedaan kelas dan perbedaan perilaku yang diterima oleh setiap kelas sosial
Pentas ini sukses berkat dukungan dari beberapa pihak antara lain Albertus Prasojo selaku dosen dan Pembina serta diketuai oleh Kusuma Pamungkas Hasan Surya. Adapun para pemeran dalam cerita ini adalah :
Adhilya Fitria Utami Grenith Sastra Daerah 2017 sebagai Jamila
Sigit Pratama Sastra Daerah 2017 sebagai Jaelani
Enola Dee Sastra Indonesia 2018 sebagai Bu Ria
Hasan Albana Sejarah 2018 sebagai Sipir 2
Alaika Firdaus Sastra Indonesia 2018 sebagai Sipir 1
Boby Dava Sastra Indonesia 2018 sebagai Pengacara
Kisna Sastra Indonesia 2018 sebagai Istri Pejabat 1
Lutfi Fauzi Sastra Indonesia 2018 sebagai Istri Pejabat 2
Mi. Naim Sastra Indonesia 2018 sebagai Pak Kiyai
Jawahir Gustav Sastra Indonesia 2014 sebagai Menteri
Cima sebagai Jamila Sastra Indonesia 2017 di eksekusi
Nabil Adlani Sastra Indonesia 2015 Sutradara
Nabil, mahasiswa dari Prodi Sastra Indonesia selaku sutradara memberikan komentar dari kisah yang di angkat dalam teater ini mengatakan, “Sebagai manusia kita sebaiknya lebih memahami manusia yang lain. Tidak menjadikan sebuah perbedaan sebagai alasan untuk saling membenci.”
Adapun Adhilya Fitria Utami Grenith, selaku pemain utama sebagai Jamila yang bercita-cita menjadi penulis ini mengatakan, “Ada kebanggan dan mendapatkan kepercayaan untuk mengeksplor karakter. Berpesan, ingin mengedukasi bahwa kita harus memperjuangkan apa yang harus diperjuangkan selama itu benar, sesuai dengan kebutuhan, hak, dan kewajiban.”
Sumber: https://fib.uns.ac.id/berita/teater-tesa-pentaskan-pelacur-dan-sang-presiden-sebagai-ajang-promosi/