Dewasa ini karya sastra beredar luas di kalangan masyarakat, khususnya remaja. Hal ini menjadi angin segar untuk perkembangan dunia literasi. Secara kuantitas, pertumbuhan karya sastra memang banyak akan tetapi tidak sedikit pula yang dipertanyakan kualitasnya.
Menilik dari fenomena tersebut, Himpunan Mahasiswa Program Studi Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (HMP Kemasindo) Fakultas Ilmu Budaya UNS menggelar Festival Sastra 2019 dengan tema “Pendar Sastra Enggan Pudar”, maksudnya adalah sastra yang menolak untuk luntur dan undur diri dari ranahnya. Kegiatan ini berlangsung di Ruang Seminar FIB UNS, Sabtu (06/04/2019).
Tujuan dari festival sastra ini adalah meningkatkan rasa cinta dan semangat berkarya sastra. Selain itu, memberi wadah bagi anak muda guna menyalurkan ide kreatif yang dimiliki melalui karya sastra, baik berupa cerpen, puisi atau musikalisasi puisi. Untuk itu pertumbuhan karya sastra selalu terus eksistensi dan mendapatkan tempat di hati generasi muda dan masyarakat umum.
Festival sastra terbagi dalam tiga kegiatan :
- Sua Literasi bertempat di SD N 3 Papahan (23/03/2019)
- Lomba yang meliputi menulis cerpen, cipta puisi, musikalisasi puisi, dan mendongeng
- Seminar nasional disertai pengumuman pemenang peserta lomba
Dalam acara puncak festival sastra, berlangsung di Ruang Seminar FIB, Sabtu (06/04/2019). HMP Kemasindo mengundang dua narasumber utama, yakni Ahmad Tohari (Sastrawan dan juga penulis Ronggeng Dukuh Paruk) dan Wira Nagara (Komika dan penulis Distilasi Alkena, Disforia Inersia).
Di hadapan 200-an peserta dan undangan yang hadir, Ahmad Tohari berbicara mengenai literasi. Beliau mengungkapkan, “Kita sering melupakan langkah awal untuk memasuki literasi, yaitu hilangnya cerita dongeng sejak dini. Hendaknya sastra itu menjadi bagian dari hidup kita jangan sampai hilang, jangan sekedar iseng, bukan main-main. Sastra itu serius, dengan menggunakan media apapun, sastra tetap bermanfaat. Sebab sastra lahir untuk ikut membina peradaban.”
Di samping itu, beliau juga menyoroti kondisi saat ini, banyak pendidikan yang lebih mengutamakan ilmu pengetahuan. Hal ini menimbulkan krisis kesustraan dan melahirkan generasi yang akan berkembang sebelah yaitu aspek intelektualnya saja adapun aspek sensitifitasnya akan hilang. Oleh sebab itu, perlu pengembangan ilmu humaniora sebagai penyeimbang.
Adapun narasumber kedua, Wira Nagara, komikus dari Jakarta. Selain memaparkan tentang kecintaan literasi, beliau juga mewanti-wanti masyarakat, khususnya generasi muda untuk pandai memfilter diri, sebab pada saat ini zaman internet. Dengan adanya internet, terbuka semua gerbang dunia dan menjadikan budaya luar mudah masuk. Hal ini memungkinkan budaya sendiri terancam sehingga menjaga budaya adalah kewajiban kita bersama.
Kegiatan dari pagi sampai siang ini berjalan lancar dan meriah. Tampil pula bintang tamu Svara Sasmaya dan pentas tari Asmaraloka oleh HMP Kemasindo.
RR Chattri Sigit Widyastuti, Kaprodi Sastra Indonesia, “Berharap bahwa iklim literasi ini akan terus berlangsung melalui kegiatan seperti agar lebih mencintai sasta, bahasa, dan budayanya melalui pendidikan sastra dan bahasa sejak dini.
Berikut daftar nama-nama pemenang lomba
Lomba Cipta Puisi
Juara I | Ahmad Junaidi | Puisi-Puisi Tak Dapat Bertahan Di Took Buku |
Juara II | Lintang Madani | Idealis Katanya |
Juara III | Achmad Sudiyono Efendi | Rokat Tase’ |
Musikalisasi Puisi
Juara I | Yeremia | Yang Fana Adalah Waktu |
Juara II | Teater Zat | Sarapan Sebelum Tidur |
Juara III | Rizky Imam Akbar | Kepada Istriku |
Dongeng
Juara I | Dwina Putri Kamila | Balasan untuk Singa |
Juara II | Aldy Pratama | Anggoro Respati |
Juara III | Nurlaila Nikmah Afina | Si kembar Dina & Dini |
Cerpen
Juara I | Alfaz Maosul Kamilah | Tiga Babak tentang Penghianatan Seorang Penulis |
Juara II | Ridlo Al Damanova D.H | Terlalu Bodoh untuk Jadi Kenyataan |
Juara III | Ahmad Junaidi | Gayung-Gayung Bersholawat |