Perkembangan dunia saat ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Dunia sedang dipersiapkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0, yakni sebuah kemajuan di bidang otomatisasi dan kecerdasan buatan yang membuat perubahan besar-besaran di berbagai bidang melalui perpaduan teknologi. Efek dari kondisi ini antara lain mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital dan biologi. Hal ini menjadi tantangan bagi masyarakat, khususnya mahasiswa sebagai generasi muda penerus cita-cita bangsa untuk bersaing secara global.
Berkaitan dengan hal tersebut Fakultas Ilmu Budaya UNS menggelar kuliah umum dengan mengusung tema “Industry 4.0: Achieving Higher Impact In Learning For Education” Kamis (25/10/2018) di R. Seminar FIB. Hadir dalam kesempatan baik ini, dua orang narasumber dari Malaysia, yakni Dr. Bahtiar Mohamad (Universiti Utara Malaysia) dan Dr. Mohd Nor Shahizan Ali (Universiti Kebangsaan Malaysia). Kegiatan sehari yang berlangsung di Ruang Seminar tersebut diikuti lebih 150-an orang mahasiswa yang merupakan perwakilan prodi di lingkungan FIB.
Dalam pidato sambutannya Warto, Wakil Dekan Bidang Akademik mengungkapkan, “Perkembangan arus informasi dan teknologi saat ini sangat cepat. Hal ini merupakan salah satu imbas dari revolusi industri 4.0. Memang berbagai kemudahan informasi dapat kita terima, namun kita juga harus siap menghadapi dampak negatif. Sewajarnya kita harus membentengi diri dengan kearifan budaya lokal.”
“Untuk menghadapi era tersebut, saat ini UNS sudah memiliki suatu program yaitu SPADA (Sistem Pembelajara Daring). Harapannya, dengan sistem baru ini mahasiswa UNS mampu menghadapi revolusi industri 4.0 dengan baik dan bijak,” lanjut beliau di hadapan para peserta kuliah umum yang memenuhi Ruang Seminar.
Dalam paparannya, Dr. Bahtiar Mohamad mengatakan, “Dalam dunia kerja yang akan datang, perusahaan-perusahaan bonafid akan menyelidiki calon karyawannya. Hal ini untuk mengetahui rekam jejak selama mereka menjalin hubungan dengan orang lain serta seberapa besar kontribusi yang telah dihasilkan melalui akun media sosialnya. Media Linkedln, misalnya bisa menjadi penghubung. Sebaiknya mahasiswa memiliki akun di media tersebut.”
Di samping itu, beliau juga menekankan pentingnya bersikap bijak dalam menggunakan media sosial yang berkembang begitu cepat ini.
“Menghadapi revolusi industri 4.0, mahasiswa harus memiliki jiwa dan pikiran global. Harus ikut dan bijak dalam menggunakan media baru sebagai learning platform, bukan hanya untuk bermedia sosial tetapi harus membuka jaringan yang lebih besar untuk tujuan akademik”, lanjutnya.
Sementara itu Mohd Nor Shahizan Ali menambahkan agar para mahasiswa memanfaatkan kesempatan dan peluang yang baik untuk membangun identitas diri yang positif.
“Perkembangan industri 4.0 akan melahirkan banyak peluang. Peluang ini harus di manfaatkan dengan baik untuk membangun dan mengembangkan individual identity. Generasi sekarang tidak boleh lari dari budaya. Sebab kehidupan itu yang akan melahirkan kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah teknologi informasi. Kebudayaan menghubungkan setiap generasi”, lanjutnya.